Kediri, 20 Oktober 2025 —
Pemerintah Kabupaten Kediri terus berkomitmen memperkuat fondasi ekonomi daerah melalui sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pada tanggal 20 Oktober 2025, Dinas Koperasi dan UMKM Kediri resmi mengumumkan rencana strategis pengembangan UMKM 2025–2027, yang menitikberatkan pada tiga aspek utama: inovasi produk, digitalisasi pemasaran, dan kemitraan lintas sektor.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kediri, Sri Wulandari, menjelaskan bahwa program ini merupakan hasil pemetaan potensi ekonomi lokal di 26 kecamatan. “Setiap wilayah di Kediri memiliki keunggulan tersendiri — mulai dari batik di Pesantren, tahu dan tempe di Kota, kopi di lereng Wilis, hingga kerajinan bambu dan olahan herbal di Kecamatan Mojo. Semua potensi ini akan kita dorong agar berkembang secara terencana dan berkelanjutan,” jelasnya.

1. Penguatan Identitas Produk Daerah

Dalam tahap awal, pemerintah akan meluncurkan program “Branding UMKM Kediri” yang bertujuan membantu pelaku usaha memiliki identitas produk yang kuat dan mudah dikenali. Melalui pelatihan desain kemasan, sertifikasi halal, serta pelabelan khas “Produk Asli Kediri”, diharapkan setiap produk mampu bersaing di pasar modern tanpa kehilangan nilai lokalnya.

“Sering kali produk lokal berkualitas, tapi kurang dikenal karena kemasannya sederhana. Tahun depan, kami akan bantu minimal 300 pelaku usaha memperbarui tampilan produk mereka agar lebih profesional,” ujar Sri.

2. Digitalisasi dan Akses Pasar

Tahap berikutnya adalah memperluas akses pasar melalui digitalisasi. Pemerintah bekerja sama dengan platform e-commerce nasional untuk membuka “Etalase Digital UMKM Kediri”. Para pelaku usaha akan mendapatkan pendampingan gratis dalam membuat toko online, mengelola media sosial, dan menjalankan strategi promosi digital.

Selain itu, setiap kecamatan akan memiliki satu “Pusat Digital UMKM” yang dilengkapi dengan perangkat komputer, jaringan internet, dan tenaga pendamping. Fasilitas ini diharapkan menjadi tempat belajar sekaligus pusat transaksi bagi para pelaku usaha kecil di desa-desa.

3. Kemitraan dan Pembiayaan

Dari sisi pembiayaan, Pemkab Kediri menggandeng beberapa lembaga keuangan mikro dan BUMD untuk menyediakan akses permodalan dengan bunga rendah. Program “Kredit Usaha Rakyat Lokal” akan menjadi instrumen utama dalam memperkuat modal kerja UMKM.

Selain perbankan, pemerintah juga mendorong kemitraan antara UMKM dan sektor swasta, termasuk perusahaan besar di kawasan industri Kediri. Kolaborasi ini diharapkan mampu membuka rantai pasok baru bagi produk lokal — misalnya, olahan pangan yang bisa masuk ke kantin industri atau souvenir batik untuk kebutuhan seragam perusahaan.

4. Pelatihan dan Regenerasi Pelaku Usaha

Salah satu fokus utama adalah regenerasi pelaku UMKM. Pemerintah daerah akan meluncurkan program “UMKM Muda Kediri”, sebuah inisiatif untuk mengajak pelajar dan mahasiswa lokal terjun langsung dalam dunia wirausaha.

“Anak muda punya kreativitas tinggi dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Kita ingin mereka melihat UMKM bukan sekadar usaha kecil, tapi peluang besar untuk masa depan,” tambah Sri Wulandari.

Harapan ke Depan

Rencana strategis ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan pelaku usaha. Rina Lestari, pemilik usaha kripik singkong di Kecamatan Kandat, berharap program ini benar-benar dijalankan secara merata. “Kami butuh pendampingan agar bisa masuk ke pasar online. Kalau bisa, tiap desa punya mentor UMKM supaya kami tidak jalan sendiri,” ujarnya.

Dengan perencanaan matang dan dukungan lintas sektor, Pemerintah Kabupaten Kediri optimistis bahwa UMKM akan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi daerah. Tak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga mengangkat nama Kediri sebagai daerah dengan ekosistem wirausaha yang kuat dan berdaya saing tinggi.